Beberapa waktu yang lalu, ada kejadian
yang membuatku yakin, aku masih boleh percaya pada karma. Ya, karma nyatanya
masih ada. Kalau boleh jujur, memang, karma itu datang pada seseorang yang
sudah aku tunggu-tunggu kapan karmanya datang. Sebut saja aku jahat, biar.
Namun, sebenarnya, percaya pada karma adalah pilihan terakhir bagiku setelah
membalaskan hal yang sama dirasa tidak mungkin. Percaya pada karma ibarat obat
peringan rasa sakit, agar aku bisa melepaskan, merelakan...
Sama halnya dengan berbuat baik kelak
akan mendapat balasan baik dari Tuhan, begitulah percayaku pada karma. Bedanya,
balasan baik dari Tuhan tidak tergesa-gesa aku inginkan, tetapi karma, pada
sebagian orang, aku penasaran datangnya kapan.
Menurutku, ada korelasi yang erat
antara perlakuan buruk yang aku dapatkan dari orang lain di masa kini dengan
perbuatan burukku pada orang lain di masa lalu. Mungkin karena keyakinan itulah
aku menginginkan seseorang mendapatkan hal yang sama dari apa yang telah
dilakukannya padaku. Ah, makin terlihat jahat kan... Tetapi hal ini juga
membuatku tidak langsung membenci seseorang. Biasanya, setelah mendapat
perlakuan buruk, aku mengingat-ingat lagi apakah hal yang sama pernah aku
lakukan sebelumnya. Apakah ini karmaku? Kalau memang iya, artinya bukan tanpa
alasan aku mendapatkan hal ini dari seseorang yang lain sekarang. Akan tetapi,
bila seingatku aku tidak pernah melakukan hal serupa, aku akan meminta karma
pada Tuhan untuk orang yang berlaku buruk padaku itu. Iya, aku jahat kan...
Aku pernah mendengar pernyataan Raditya
Dika yang agak berkaitan dengan hal ini. "Mungkin
kita emang udah move on, tapi kita belom bisa let go..." Iya, aku
sudah memulai hidupku yang baru, beranjak dari tempat yang sudah diacak-acak
seenaknya oleh orang lain sampai membuatku tidak nyaman. Namun, nyatanya aku
belum sepenuhnya melepaskan dan merelakan itu terjadi. Rasanya seperti belum
impas dan karmalah yang membuatnya impas. Hhhh... Makin jahat ya?
Kejadian beberapa waktu lalu, yang aku
sebutkan di awal tadi, sudah membuat apa yang terjadi di antara kami impas. Aku
merasa tidak lagi memiliki kaitan apa-apa dengan dia. Apa pun yang dia lakukan,
bagaimana dia sekarang, sudah bukan urusanku. Ya, aku sudah bisa melepaskan,
merelakan...
Kalau
ada yang menyebutku pengecut, mungkin iya. Kalau ada yang beranggapan aku tidak
mau ambil risiko, barangkali saja. Kalau ada yang mati-matian berteriak aku
jahat, IYA AKU JAHAT. Memangnya kenapa kalau aku percaya karma?
0 komentar:
Posting Komentar